Top
Begin typing your search above and press return to search.

 UB kukuhkan dua profesor dari FEB dan FMIPA

Universitas Brawijaya (UB) kembali mengukuhan dua profesor.

 UB kukuhkan dua profesor dari FEB dan FMIPA
X
Sumber foto: El Aris/elshinta.com.

Elshinta.com - Universitas Brawijaya (UB) kembali mengukuhan dua profesor. “Dua Profesor tersebut masing-masing, Prof. Dr. Astrid Puspaningrum, S.E., MM., CMA dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) dan Prof. Dr. Dra. Catur Retnaningdyah, M.Si. dari Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)," kata Kabag Humas dan Kearsipan Universitas Brawijaya Malang, Kotok Guritno seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, El Aris, Minggu (27/2).

Dijelaskan Kotok, Prof. Astrid merupakan profesor aktif ke-20 dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) dan Profesor aktif ke-162 di Universitas Brawijaya (UB) serta menjadi Profesor ke-287 dari seluruh profesor yang telah dihasilkan UB. Sedangkan Prof. Dr. Dra. Catur Retnaningdyah, M.Si.” jelasnya.

Dalam pidato ilmiah Prof. Dr. Astrid Puspaningrum,S.E., MM., CMA bertemakan “Entrepreneurial Creativity Untuk Membangun Keunggulan Bersaing dan Meningkatkan Kinjera Pemasaran”. Astrid melihat permasalahan yang terjadi semenjak Asean China Free Trade Area (ACFTA) resmi rilis pada tanggal 1 Januari 2010 lalu, khususnya bagi sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Indonesia.

“UMKM di Indonesia akan menghadapi ancaman serius yaitu proses deindustrialisasi. Ketidakmampuan produk-produk Indonesia untuk bersaing di era ACFTA akan menyebabkan penutupan unit-unit usaha. Para pelaku UMKM tidak lagi menjadi produsen, melainkan hanya sebagai sales dari barang-barang produksi negara importir lain.” katanya.

Melihat ketidakmampuan produk-produk Indonesia untuk bersaing di era ACFTA, maka UMKM di Indonesia perlu membangun daya saing.
“Salah satu pendekatan yg dapat diterapkan perusahaan untuk menghadapi berbagai tantangan dan peluang adalah pendekatan yang didasarkan pada Resources-based view (RBV), melalui RBV organisasi dapat membangun keunggulan bersaiang yg berkelanjutan melalui pengunaan sumber-sumber daya yang berupa finansial, manusia, sarana fisik, dan intangible asset (knowledge),” jelasnya.

Ditambahkannya, entrepreneurial creativity adalah model yang dikembangkan dari entrepreneurial creativity dan entrepreneurial networking sehingga akan menciptakan keunggulan untuk bersaing sehingga UMKM mampu menghasilkan kinerja pemasaran yang baik sebagai alat untuk mengukur tingkat keberhasilan keseluruhan kinerja yang dilakukan.

“Keunggulan entrepreneurial creativity jika dipraktikkan, maka daya saing dapat diraih dan kinerja pemasaran akan meningkat,” ringkasnya.

Sementara itu, Prof. Dr. Dra. Catur Retnaningdyah, M.Si. pada pidato ilmianya bertemakan ,”Peran vegetasi sebagai tanaman riparian digunakan untuk meningkatkan kualitas air yang tercemar oleh polutan”, lebih cenderung menyikapi peningkatan kualitas air irigasi tercemar bahan organik, pestisida dan pupuk sintetik dapat dilakukan dengan cara aplikasi model teknologi fitoremediasi sistem kontinyu berupa “Riparian Vegetation in Irrigation Ditch (RVID)”.

“RVID ini merupakan komunitas hidromakrofita (tanaman air) lokal yang ditanam sebagai vegetasi riparian di tepi saluran irigasi sepanjang minimum 200 m dengan penutupan maksimum 80 persen. Hidromakrofita yang ditanam berupa gabungan dari beberapa tipe tanaman air lokal seperti rumput wligian (scirpus grosus), dlingo (acorus calamus), endog-endogan (typha agustifolia), mendong atau purun tikus (fimbristylis sp), keladi/senthe (colocasia esculenta), pandan (pandanus amaryllifolius), teratai (nymphaea sp), akar wangi (vetiver zizanoides), genjer (limnocharis flava), paku ekor kuda (equisetumI sp), hydrilla (hydrilla verticilata ), semanggi (marsilea crenata) dan kangkung air (ipomoea aquatica),” jelasnya.

Model RVID adalah secara efektif mampu meningkatkan kualitas air irigasi tercermin dari kadar oksigen terlarut yang tinggi dan penurunan kadar COD, TSS, Cl2 bebas, ortofosfat, turbiditas, suhu, nilai KMnO4, alkalinitas, BOD, TP, nitrat, konduktivitas, dan TKN.

“Peningkatan kualitas air juga terlihat dari peningkatan diversitas spesies makroinvertebrata bentos dan perifiton mengindikasikan penurunan tingkat bahan toksik di perairan, peningkatan kelimpahan spesies yang bersifat sensitif, serta penurunan nilai beberapa indeks biotik seperti FBI, TDI dan %PTV sebagai indikator penurunan tingkat pencemaran bahan organik dan nutrisi di perairan,“ jelasnya.

Sumber : Radio Elshinta

Related Stories
Next Story
All Rights Reserved. Copyright @2019
Powered By Hocalwire